Sebelum masuk ke pembahasan yang lebih
mendalam, sebaiknya kita mengenal pengertian istilah packet switching, virtual
circuit dan datagram. Selanjutnya fokus pembahasan bab ini meliputi mekanisme
dan algoritma routing, traffic control, internetworking dan pembahasan tentang
protokol internet
Untuk membantu pemahaman, beberapa
pembahasan routing akan mengacu ke gambar jaringan berikut (gambar 4.1). Rute-rute pada
jaringan tersebut menghubungkan 6 titik (node).
Gambar 4.1.
Rute jaringan 6 titik
4.1
Prinsip Packet Switching, Virtual Circuit dan Datagram
Pada hubungan Circuit Switching, koneksi biasanya terjadi secara fisik bersifat
point to point. Kerugian terbesar dari teknik ini adalah penggunaan jalur yang
bertambah banyak untuk jumlah hubungan yang meningkat. Efek yang timbul adalah cost yang akan semakin meningkat di
samping pengaturan switching menjadi sangat komplek. Kelemahan yang lain adalah
munculnya idle time bagi jalur yang
tidak digunakan. Hal ini tentu akan menambah inefisiensi. Model circuit switching, karena sifatnya,
biasanya mentransmisikan data dengan kecepatan yang konstan, sehingga untuk
menggabungkan suatu jaringan dengan jaringan lain yang berbeda kecepatan tentu
akan sulit diwujudkan
Pemecahan yang baik yang
bisa digunakan untuk mengatasi persoalan di atas adalah dengan metoda data switching. Dengan pendekatan ini,
pesan yang dikirim dipecah-pecah dengan besar tertentu dan pada tiap pecahan
data ditambahkan informasi kendali. Informasi kendali ini, dalam bentuk yang
paling minim, digunakan untuk membantu proses pencarian rute dalam suatu
jaringan ehingga pesan dapat sampai ke alamat tujuan. Contoh pemecahan data
menjadi paket-paket data ditunjukkan pada gambar.
Gambar 4.2 Pemecahan Data
menjadi paket-paket
Penggunaan Data Switching mempunyai
keuntungan dibandingkan dengan penggunaan Circuit switching antara lain :
1. Efisiensi jalur lebih besar karena hubungan antar node dapat menggunakan
jalur yang dipakai bersama secara dianmis tergantung banyakanya paket yang
dikirm.
2. Bisa mengatasi permasalah data
rate yang berbeda antara dua jenis jaringan yang berbeda data rate-nya.
3. Saat beban lalulintas menignkat,
pada model circuit switching,
beberapa pesan yang akan ditransfer dikenai pemblokiran. Transmisi baru dapat
dilakukan apabila beban lalu lintas mulai menurun. Sedangkan pada model data switching, paket tetap bisa
dikirimkan, tetapi akan lambat sampai ke tujuan (delivery delay meningkat).
4.
Pengiriman dapat dilakukan berdasarkan prioritas
data. Jadi dalam suatu antrian paket
yang akan dikirim, sebuah paket dapat diberi prioritas lebih tinggi untuk
dikirm dibanding paket yang lain. Dalam hal ini, prioritas yang lebih tinggi akan
mempunyai delivery delay yang lebih kecil dibandingkan paket dengan prioritas
yang lebih rendah.
Virtual circuit eksternal dan internal
Virtual Circuit
pada dasarnya adalah suatu hubungan secara logik yang dibentuk untuk
menyambungkan dua stasiun. Paket dilabelkan dengan nomor sirkit maya dan nomor urut.
Paket dikirimkan dan datang secara berurutan. Gambar berikut ini menjelaskan
keterangan tersebut.
Gambar
5.3.Virtual Circuit eksternal
Stasiun A mengirimkan 6 paket. Jalur
antara A dan B secara logik disebut sebagai jalur 1, sedangkan jalur antara A
dan C disebut sebagai jalur 2. Paket pertama yang akan dikirimkan lewat jalur 1
dilabelkan sebagai paket 1.1, sedangkan paket ke-2 yang dilewatkan jalur yang
sama dilabelkan sebagai paket 1.2 dan paket terakhir yang dilewatkan jalur 1
disebut sebagai paket 1.3. Sedangkan paket yang pertama yang dikirimkan lewat
jalur 2 disebut sebagai paket 2.1, paket kedua sebagai paket 2.2 dan paket
terakhir sebagai paket 2.3 Dari gambar tersebut kiranya jelas bahwa paket yang
dikirimkan diberi label jalur yang harus dilewatinya dan paket tersebut akan
tiba di stasiun yang dituju dengan urutan seperti urutan pengiriman.
Secara
internal rangkaian maya ini bisa digambarkan sebagai suatu jalur yang sudah
disusun untuk berhubungan antara satu stasiun dengan stasiun yang lain. Semua
paket dengan asal dan tujuan yang sama akan melewati jalur yang sama sehingga
akan samapi ke stasiun yang dituju sesuai dengan urutan pada saat pengiriman
(FIFO). Gambar berikut menjelaskan tentang sirkit maya internal.
Gambar 4.4. Virtual Circuit internal
Gambar 4.4 menunjukkan adanya jalur yang
harus dilewati apabila suatu paket ingin dikirimkan dari A menuju B (sirkit
maya 1 atau Virtual Circuit 1
disingkat VC #1). Sirkit ini dibentuk denagan rute melewati node 1-2-3.
Sedangkan untuk mengirimkan paket dari A menuju C dibentuk sirkit maya VC #2,
yaitu rute yang melewati node 1-4-3-6.
Datagram eksternal dan internal
Dalam bentuk datagram, setiap paket
dikirimkan secara independen. Setiap paket diberi label alamat tujuan. Berbeda
dengan sirkit maya, datagram memungkinkan paket yang diterima berbeda urutan
dengan urutan saat paket tersebut dikirim. Gambar 5.5 berikut ini akan membantu
memperjelas ilustrasi.
Jaringan mempunyai satu stasiun sumber, A
dan dua stasiun tujuan yakni B dan C. Paket yang akan dikirimkan ke stasiun B
diberi label alamat stasiun tujuan yakni B dan ditambah nomor paket sehingga
menjadi misalnya B.1, B.37, dsb. Demikian juga paket yang ditujukan ke stasiun
C diberi label yang serupa, misalnya paket C.5, C.17, dsb.
Gambar 4.5 Datagram eksternal
Dari gambar 4.5, stasiun A mengirimkan
enam buah paket. Tiga paket ditujukan ke alamat B. Urutan pengiriman untuk
paket B adalah paket B.1, Paket B.2 dan paket B.3. sedangkan tiga paket yang
dikirimkan ke C masing-masing secara urut adalah paket C.1, paket C.2 dan paket
C.3. Paket-paket tersebut sampai di B dengan urutan kedatangan B.2, paket B.3
dan terakhir paket B.1 sedangan di statiun C, paket paket tersebut diterima dengan
urutan C.3, kemudian paket C.1 dan terakhir paket C.2. Ketidakurutan ini lebih
disebabkan karena paket dengan alamat tujuan yang sama tidak harus melewati
jalur yang sama. Setiap paket bersifat independen terhadap sebuah jalur.
Artinya sebuah paket sangat mungkin untuk melewati jalur yang lebih panjang
dibanding paket yang lain, sehingga waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke
alamat tujuan berbeda tergantung rute yang ditempuhnya. Secara internal
datagram dapat digambarkan sebagai berikut
Gambar 4.6.
Datagram internal
Sangat dimungkinkan untuk menggabungkan
antara keempat konfigurasi tersebut menjadi beberapa kemungkinan berikut.
·
Virtual Circuit eksternal, virtual circuit internal
·
Virtual Circuit eksternal, Datagram internal
·
Datagram eksternal, datagram internal
·
Datagram eksternal, virtual circuit internal
4.2. Routing
Fungsi utama dari jaringan packet-switched
adalah menerima paket dari stasiun pengirim untuk diteruskan ke stasiun
penerima. Untuk keperluan ini, suatu jalur atau rute dalam jaringan tersebut
harus dipilih, sehingga akan muncul lebih dari satu kemungkinan rute untuk
mengalirkan data. Untuk itu fungsi dari routing harus diwujudkan. Fungsi
routing sendiri harus mengacu kepada nilai nilai antara lain : tanpa kesalahan,
sederhana, kokoh, stabil, adil dan optimal disamping juga harus mengingat
perhitungan faktor efisiensi.
Untuk
membentuk routing, maka harus mengetahui unsur-unsur routing, antara lain
(lebih jelas lihat Stalling, 1994) :
-
Kriteria
Kinerja :
- Jumlah hop
- Cost
- Delay
- Througput
-
Decision
Time
-
Paket
(datagram)
-
Session
(virtual Circuit)
-
Decision
Place
- Each Node (terdistribusi)
- Central Node (terpusat )
- Originating Node
-
Network
Information source
-
None
-
Local
-
Adjacent
nodes
-
Nodes
along route
-
All
Nodes
-
Routing
Strategy
-
Fixed
-
Flooding
-
Random
-
Adaptive
-
Adaptive
Routing Update Time
-
Continuous
-
Periodic
-
Major
load change
-
Topology
change
Algoritma
Routing
Forward-search algorithm dinyatakan sebagai
menentukan jarak terpendek dari node awal yang ditentukan ke setiap node yang
ada.Algoritma diungkapkan dalam stage. Dengan k buah stage, jalur
terpendek node k terhadap node sumber
ditentukan. Node-node ini ada dalam himpunan N. Pada stage ke (k+1), node yang
tidak ada dalam M yang mempunyai jarak terpendek terhadap sumber ditambahkan ke
M. Sebagai sebuah node yang ditambahkan dalam M, maka jalur dari sumber menjadi
terdefinisi.
Algoritma ini memiliki 3 tahapan
:
1. Tetapkan
M={S}. Untuk tiap node nÃŽN-S, tetapkan C1(n)=l(S,n).
2. Cari WÃŽN-M
sehingga C1(W) minimum dan tambahkan ke M. Kemudian C1
(n) = MIN[C1(n), C1(W) + l(W,n) untuk tiap node nÃŽN-M.
Apabila pada pernyataan terakhir bernilai minimum, jalur dari S ke n sebagai
jalur S ke W memotong link dari W ke n.
3. Ulang
langkah 2 sampai M=N.
Keterangan :
N = himpunan node dalam jaringan
S = node sumber
M = himpunan node yang dihasilkan oleh algoritma
l(I,J) = link cost dari node ke I sampi node ke j, biaya bernilai ¥ jika node
tidak secara langsung terhubung.
C1(n) : Biaya dari jalur biaya terkecil dari S ke n yang dihasilkan pada
saat algoritma dikerjakan.
Tabel berikut ini memperlihatkan hasil
algoritma terhadap gambar di muka. Dengan menggunakan S=1.
Tabel 4.1 Hasil forward search algorithm
Backward search algorithm
Menentukan jalur biaya terkecil yang
diberikan node tujuan dari semua node yang ada. Algoritma ini juga diproses
tiap stage. Pada tiap stage, algoritma menunjuk masing-masing node.
Definisi yang digunakan :
N = Himpunan node yang terdapat pada
jaringan
D= node tujuan
l(i,j) = seperti keterangan di muka
C2(n) = biaya dari jalur biaya
terkecil dari n ke D yang dihasilkan saat algoritma dikerjakan.
Algoritma ini
juga terdiri dari 3 tahapan :
1. Tetapkan
C2(D)=0. Untuk tiap node nÃŽN-D, tetapkan C2(n)
=¥.
2. Untuk
tiap node nÃŽN-D,
tetapkan C2(n)=MIN WÃŽN[C2(n), C2(W) + l(n,W)].
Apabila pada pernyataan terakhir bernilai minimum, maka jalur dari n ke D saat
ini merupakan link dari n ke W dan menggantikan jalur dari W ke D
3. Ulangi
langkah ke –2 sampai tidak ada cost yang berubah.
Tabel berikut adalah hasil pengolahan
gambar 1 dengan D=1
Tabel 4.1 Hasil backward search algorithm
Strategi Routing
Terdapat beberapa strategi untuk melakukan
routing, antara lain :
- Fixed Routing
Merupakan cara routing
yang paling sederhana. Dalam hal ini
rute bersifat tetap, atau paling tidak rute hanya diubah apabila topologi
jaringan berubah. Gambar berikut (mengacu dari gambar 1) memperlihatkan
bagaimana sebuah rute yang tetap dikonfigurasikan.
Gambar 4.7. Direktori untuk fixed routing
Kemungkinan rute yang bisa
dikonfigurasikan, ditabelkan sebagai berikut :
Gambar 4.8 Direktori
masing-masing node
Tabel ini disusun berdasar rute
terpendek (menggunakan least-cost algorithm). Sebagai misal direktori node 1.
Dari node 1 untuk mencapai node 6, maka rute terpendek yang bisa dilewati
adalah rute dari node 1,4,5,6. Maka pada tabel direktori node 1 dituliskan destination =
6, dan next node = 4.
Keuntungan konfigurasi
dengan rute tetap semacam ini adalah bahwa konfigurasi menajdi sederhana.
Pengunaan sirkit maya atau datagram tidak dibedakan. Artinya semua paket dari
sumber menuju titik tujuan akan melewati rute yang sama. Kinerja yang bagus
didapatkan apabila beban bersifat tetap. Tetapi pada beban yang bersifat
dinamis, kinerja menjadi turun. Sistem ini tidak memberi tanggapan apabila
terjadi error maupun kemacetan jalur.
-
Flooding
Teknik routing yang lain yang
dirasa sederhana adalah flooding. Cara kerja teknik ini
adalah mengirmkan paket dari suatu sumber ke seluruh node tetangganya. Pada
tiap node, setiap paket yang datang akan ditransmisikan kembali ke seluruh link
yang dipunyai kecuali link yang dipakai untuk menerima paket tersebut.
Mengambil contoh rute yang sama, sebutlah bahwa node 1 akan mengirimkan
paketnya ke node 6. Pertamakali node 1 akan mengirimkan paket keseluruh
tetangganya, yakni ke node 2, node 4 dan node 5 (gambar 5.9)
Gambar 4.9. Hop pertama.
Selanjutnya operasi terjadi pada node 2, 3 dan 4. Node 2
mengirimkan paket ke tetangganya yaitu ke node 3 dan node 4. Sedangkan node 3
meneruskan paket ke node 2,4,5 dan node 6. Node 4 meneruskan paket ke node
2,3,5. Semua node ini tidak mengirimkan paket ke node 1. Ilustrasi tersebut
digambarkan pada gambar 4.10.
Gambar 4.10 Hop kedua
Pada saat ini jumlah copy yang diciptakan
berjumlah 9 buah. Paket-paket yang sampai ke titik tujuan, yakni node 6, tidak
lagi diteruskan.
Posisi terakhir node-node
yang menerima paket dan harus meneruskan adalah node 2,3,4,5. Dengan cara yang
sama masing-masing node tersebut membuat copy dan memberikan ke mode
tetangganya. Pada saat ini dihasilkan copy sebanyak 22.
Gambar 4.11. Hop ketiga
Terdapat dua catatan penting dengan
penggunaan teknik flooding ini, yaitu :
1. Semua rute
yang dimungkinkan akan dicoba. Karena
itu teknik ini memiliki keandalan yang tinggi dan cenderung memberi prioritas
untuk pengiriman-pengiriman paket tertentu.
2. Karena keseluruhan rute dicoba,
maka akan muncul paling tidak satu buah copy paket di titik tujuan dengan waktu
paling minimum. Tetapi hal ini akan menyebakan naiknya bebean lalulintas yang
pada akhirnya menambah delay bagi rute-rute secara keseluruhan.
Random Routing
Prinsip utama dari teknik ini adalah sebuah
node memiliki hanya satu jalur keluaran untuk menyalurkan paket yang datang
kepadanya. Pemilihan terhadap sebuah jalur keluaran bersifat acak. Apabila link
yang akan dipilih memiliki bobot yang sama, maka bisa dilakukan dengan
pendekatan seperti teknik round-robin.
Routing ini adalah mencari probabilitas untuk tiap-tiap outgoing link dan memilih link berdasar
nilai probabilitasnya. Probabilitas bisa dicari berdasarkan data rate, dalam
kasus ini didefisinikan sebagai
Di mana :
Pi
= probabilitas pemilihan i
Rj
= data rate pada link j
Penjumlahan dilakukan untuk keseluruhan link outgoing. Skema seperti ini
memungkinkan distribusi lalulintas yang baik. Seperti teknik flooding, Random
routing tidak memerlukan informasi jaringan, karena rute akan dipilih dengan
cara random.
Adaptive Routing
Strategi routing yang sudah dibahas
dimuka, tidak mempunyai reaksi terhadap perubanhan kondisi yang terjadi di
dalam suatu jaringan. Untuk itu pendekatan dengan strategi adaptif mempunyai
kemapuan yang lebih dibandingkan dengan beberapa hal di muka. Dua hal yang penting yang
menguntungkan adalah :
-
Strategi
routing adaptif dapat meningkatkan performance seperti apa yang keinginan user
-
Strategi
adaptif dapat membantu kendali lalulintas.
Akan tetapi, strategi ini dapat menimbulkan
beberapa akibat, misalnya :
- Proses pengambilan keputusan
untuk menetapkan rute menjadi sangat rumit akibatnya beban pemrosesan pada
jaringan meningkat.
- Pada kebanyakan kasu, strategi
adaptif tergantung pada informasi status yang dikumpulkan pada satu tempat
tetapi digunakan di tempat lain.
Akibatnya beban lalu lintas meningkat
- Strategi adaptif bisa
memunculkan masalah seperti kemacetan apabila reaksi yang terjadi terlampau
cepat, atau menjadi tidak relevan apabila reaksi sangat lambat.
Kategori Strategi Adaptif dapat dibagi menjadi :
-
Isolated adaptive : informasi lokal, kendali
terdistribusi
- Distributed Adaptive : informasi dari node yang berdekatan,
kendali terdistribusi
- Centralized Adaptive : informasi dari
selluruh node, kendali terpusat
Kendali lalu lintas
Konsep kendali lalulintas dalam sebuah
jaringan packet-switching adalah
komplek dan memiliki pendekatan yang banyak.
Mekanisme kendali lalulintas sendiri mempunyai 3 tipe umum, yaitu flow control, congestion control dan deadlock avoidance.
Flow Control digunakan untuk
mengatur aliran data dari dua titik. Flow
control juga digunakan untuk hubungan yang bersifat indirect, seperti misal dua titik dalam sebuah jaringan packet-switching di mana kedua endpoint-nya merupakan sirkit maya.
Secara fundamental dapat dikatakan bahwa fungsi dari flow control adalah untuk memberi kesempatan kepada penerima
(receiver) agar dapat mengendalikan laju penerimaan data, sehingga ia tidak
terbanjiri oleh limpahan data.
Congestion Control digunakan
untuk menangani terjadinya kemacetan. Terjadinya kemacetan bisa diterangkan
lewat uraian berikut. Pada dasarnya, sebuah jaringan packet-switched adalah
jaringan antrian. Pada masing-masing node, terdapat sebuah antrian paket yang
akan dikirimkan ke kanal tertentu. Apabila kecepatan datangya suatu paket dalam
sebuah antrian lebih besar dibandingkan kecepatan pentransferan paket, maka
akan muncul efek bottleneck. Apabila antrian makin panjang dan jumlah node yang
menggunakn kanal juga bertambah, maka kemungkinan terjadi kemacetan sangat
besar.
Permasalahan yang serius yang diakibatkan
efek congestion adalah deadlock,
yaitu suatu kondisi di mana sekelompok node tidak bisa meneruskan pengiriman
paket karena tidak ada buffer yang tersedia. Teknik deadlock avoidance digunakan
untuk mendisain jaringan sehingga deadlock
tidak terjadi.
Bentuk deadlock
yang paling sederhana adalah direct
store-and-forward deadlock. Pada gambar 5.12(a) memperlihatkan situasi
bagaimana antara node A dan node B berinteraksi di mana kedua buffer penuh dan
deadlock terjadi.
Bentuk deadlock kedua adalah indirect store-and-forward deadlock(gambar
512(b)). Hal ini terjadi tidak pada sebuah link tunggal seperti bentuk deadlock
di muka. Pada tiap node, antrian yang ditujukan untuk node terdekatnya bersifat
searah dan menjadi penuh.
Bentuk deadlock yang ketiga adalah
reassembly deadlock.Situasi ini digambarkan pada 5.12(c) di mana node C
memiliki 4 paket terdiri dari paket 1 tiga buah dan sebuah paket 3. Seluruh
buffer penuh dan tidak mungkin lagi menerima paket baru.
Gambar 4.12 Tipe-tipe deadlock
4.3
Internetworking
Ketika dua atau lebih jaringan bergabung dalam sebuah aplikasi, biasanya kita
sebut ragam kerja antar sistem seperti ini sebagai sebauh internetworking.
Penggunaaan istilah internetwork (atau juga internet) mengacu pada perpaduan
jaringan, misalnya LAN- WAN-LAN, yang digunakan. Masing-masing jaringan (LAN
atau WAN) yang terlibat dalam internetwork disebut sebagai subnetwork atau subnet.
Piranti
yang digunakan untuk menghubungkan antara dua jaringan, meminjam istilah ISO,
disebut sebagai intermmediate system (IS) atau sebuah internetworking unit
(IWU). Selanjutnya apabila fungsi utama dari sebuah intermmediate system adalah melakukan routing, maka piranti
dimaksud disebut sebagai router, sedangkan apabila tugas
piranti adalah menghubungkan antara dua tipe jaringan, maka disebut sebagai gateway.
Gambar 4.13 Router /gateway
Sebuah protocol converter adalah sebuah IS
yang menghubungkan dua jaringan yang bekerja dengan susunan protokol yang
sangat berlainan, misalnya menghubungkan antara sebuah susunan protokol standar
ISO dengan susunan protokol khusus dari vendor dengan susunan tertentu. Protocol converter dapat digambarkan
seperti berikut ini :
Gambar 4.14 Protocol converter
Arsitektur
internetworking
Arsitektur internetwork diperlihatkan pada
gambar berikut ini. Gambar 4.15 memperlihatkan dua contoh dari tipe jaringan tunggal.
Yang pertama (gambar 4.15a) adalah site-wide LAN yang menggabungkan LAN satu
gedung atau perkantoran yang terhubung lewat sebuah jaringan backbone. Untuk menggabungkan LAN dengan
tipe yang sama menggunakan piranti bridge sedangkan untuk jaringan yang bertipe
beda menggunakan router.
Contoh yang kedua (gambar 4.15b) adalah
sebuah WAN tunggal, seperti jaringan X.25. Pada kasus ini, setiap pertukaran
paket (DCE/PSE) melayani set DCE sendiri, yang secara langsung lewat sebuah
PAD, dan tiap PSE terinterkoneksi oleh jaringan switching dengan topologi mesh.
Gambar (a) Gambar (b)
Gambar 4.15.
Arsitektur internetwork
Gambar 4.16.
Contoh Interkoneksi LAN/WAN
Network service
Pada sebuah LAN, Alamat sublayer MAC
digunakan untuk mengidentifikasi ES (stasiun / DTE), dengan menggunakan untuk
membentuk rute bagi frame antar sistem. Selebihnya, karena tunda transit yang
pendek dan laju kesalahan bit yang kecil pada LAN, sebuah protokol jaringan tak
terhubung sederhana biasanya digunakan. Artinya, kebanyakan LAN berbasis
jaringan connectionless network access (CLNS)
Berbeda dengan LAN, alamat-alamat lapisan
link pada kebanyakan WAN lapisan network digunakan untuk mengidentifikasi ED
dan membentuk rute bagi paket didalam suatu jaringan. Karena WAN mempunyai
transit yang panjang dan rentan terhadap munculnya error, maka protokol yang
berorientasi hubungan (koneksi) lebih tepat untuk digunakan. Artinya,
kebanyakan WAN menggunakan connection-oriented network service (CONS)
Gambar 4.17
Skema pelayanan jaringan internet
Pengalamatan
Alamat Network Service Access Point
(NSAP) dipakai untuk mengidentifikasi sebuah NS_user dalam suatu end system
(ES) adalah sebagai alamat network-wide unik yang membuat user teridentifikasi
secara unik dalam keseluruhan jaringan. Dalam sebuah LAN atau WAN, alamat NSAP
harus unik (dengan suatu batasan) di dalam domain pengalamatan jaringan
tunggal. Alamat NSAP dari NS_user dibangun dari alamat point of attachtment
(PA) yang digabung dengan LSAP (link) dan selector alamat interlayer NSAP
(network) dalam sistem.
Gambar 4.18
Hubungan antara alamat NSAP dan NPA
Untuk sebuah internet yang terbentuk dari
beberapa jaringan dengan tipe yang berlainan, sebgai contoh LAN dengan X.25
WAN, mempunyai fornmat (susunan) dan sintaks yang berbeda dengan alamat PA dari
end system atau ES (dalam hal ini juga IS). Apabila terdapat beberapa jaringan
yang terhubung, maka alamat network point of attatchment (NPA) tidak bisa digunakan sebagai dasar alamat
NSAP dari NS_user. Untuk pembentukan sebuah open system internetworking
environment (OSIE), maka NSAP dengan susunan yang berbeda harus digunakan untk
mengidentifkasi NS_user. Pengalamatan baru ini bersifat independen dari alamat
NPA. Hubungan antara alamat NSAP dan NPA ditunjukkan pada gambar 4.18. Terlihat
bahwa terdapat dua alamat yang sama sekali berbeda untuk masing-masing ESyang
terhubung ke internet yaitu NPA dan NSAP. Almat NPA memungkinkan sistem
melakukan pengiriman dan penerimaan NPDU dilingkungan lokal, sedangkan alamat
NSAP berlaku untuk identifikasi NS_user dalam sebuah jaringan yang lebih luas
(internetwide atau keseluruhan OSIE). Apabila sebuah IS terhubung ke lebih dari
sebuah jaringan, ia harus memiliki alamat sesuai dengan NPA untuk masing-masing
jaringan yang dimasukinya.
Susunan Lapisan Network
Aturan dari lapisan jaringan untk
tiap-tiap End System adalah untuk membentuk hubungan end to end. Bisa jadi
hubgunan ini berbentuk CON atau CLNS. Dalam kedua bentuk tersebut, NS_user akan
berhubungan tidak peduli berapa banyak tipe jaingan yang terlibat. Untuk itu
diperlukan router.
Untuk mencapai tujuan interkloneksi yang
demikian ini, maka sesuai model referensi OSI, lapisan network tiap-tiap ES dan
IS tidak hanya terdiri dari sebuah protokol tetapi paling tidak tiga (sublayer)
protokol. Masing-=masing protokol ini akan membentuk aturan yang lengkap dalam
sistem pelayanan antar lapisan jaringan. Dalm terminologi ISO, masing-masing
jaringan yang membangun internet yang dikenal sebagai subnet, memliki tiga protokol
penting yaitu :
-
Subnetwork independent
convergence Protocol (SNICP)
-
Subnetwork dependent convergence
protocol (SNDCP)
-
Subnetwork dependent access
protocol (SNDAP)
Susunan ketiga protokol tersebut dalam ES digambarkan dalam
gambar 4.19. Gambar 4.19(a) memperlihatkan bagian-bagian protokol tersebut
dalam lapisan network (NL), sedangkan gambar 4.19(b) memeperlihatkan
hubungannya dengan sebuah IS.
Gambar
4.19(a). Tiga buah protokol dalam NL
Gambar
4.19(b). Struktur IS
4.4. Standar Protokol Internet
Beragam WAN tipe X.25 dapat
diinterkoneksikan dengan gateway berbasis X.75. Penggunaan sebuah standar yang
mespesifikasikan operasi protokol lapisan paket X.25 dalam LAN berarti sebuah
pendekatan internetworking dengan mengadopsi X.25 sebagai sebuah protokol internetwide yang pada akhirnya dapat
bekerja dalam modus connection-oriented
atau mode pseudoconnectionless.
Pemecahan ini menarik karena fungsi-fungsi internetworking
terkurangi. Kerugian pendekatan ini adalah munculnya overhead pada paket X.25 menjadi tinggi dan throughput paket untuk jaringan ini menjadi rendah.
Pemecahan
tersebut mengadopsi ISO berdasar pada pelayanan internet connectionless (connectionles internet service) dan sebuah
associated connectionless SNICP. SNICP didefinisikan dalam ISO
8475. Pendekatan ini dikembangkan oleh US Defense
Advanced Research Project Agency (DARPA). Internet yang dibangun pada
awalnya diberi nama ARPANET, yang digunakan untuk menghubungkan beberapa
jaringan komputer dengan beberapa situs penelitian dan situs universitas.
Gambar 4.20 Skema IP
internetwide
Protokol internet hanyalah sebuah protokol
yang berasosiasi dengan deretan protokol lengkap (stack) yang digunakan galam
internet. Deretan protokol yang lengkap ini dikenal dengan istilah TCP/IP, meliputi protokol aplikasi dan
protokol transport. Dua protokol yang menarik untuk dikaji adalah jenis
protokol Internet Protocol atau
dikenal sebagai IP dan ISO Internet Protocol atau dikenal
sebagai ISO-IP atau ISO CLNP. Secara umum pendekatan dua
protokol ini dapat digambarkan pada gambar 4.20.
Internet Protocol merupakan protokol
internetwide yang dapat menghubungkan dua entitas protokol transport yang
berada pada ES atau host yang berbeda
agar dapat saling menukarkan unit-unit pesan (NSDU). Protokol jenis ini sangat
luas digunakan untuk internet jenis komersial maupun riset.
Jenis yang kedua yaitu ISO-IP atau ISO CLNP menggunakan acuan internetwide, connectionless dan
subnetwork-independent convergence protocol. Protokol ini didefinisikan secara
lengkap di ISO 8473. Dalam sebuah protokol internetworking yang lengkap,
terdapat dua subnet yaitu inactive
network protocol dan nonsegmenting
protocol. Model protokol jaringan modus connectionless
biasanya digunakan dalam LAN dan dginakankan untuk aplikasi-aplikasi jaringan
tunggal (dalam hal ini sumber dan tujuan tergabung dalam sebuah jaringan.
Sedangkan protokol nonsegmenting
(dalam terminologi IP disebut nonfragmenting)
digunakan dalam internet yang mengandung subnet dengan ukuran paket maksimum
yang tidak boleh lebih dari yang dibutuhkan oleh NS_user untuk mentransfer
data.
4.5
Referensi
1. Stallings, William, Data and
Computer Communications, Macxmillan,1985
2. Stallings, William, Data and
Computer Communications, Prentice Hall,1994
3. Halsall, Fred, Data
Communications, Computer Networks and Open System, Addison-Wesley Pub.Co,1996